Beberapa waktu yang lalu, saya dan anak-anak berkesempatan ke Surabaya untuk nengok mamanya yang lagi pendidikan di Surabaya. Berangkat jam 1 siang dari Lumajang disertai dengan hujan deras sampai di wonorejo. Setelah melewati wonorejo, jalanan kering tapi sudah mulai padat dengan kendaraan besar (truk/bus), kendaraan pribadi, dan tidak ketinggalan “rayap” jalanan saat ini… yaa… sepeda motor. Kenapa rayap jalanan? Gini… saat ini perbandingan kendaraan roda empat dengan roda dua 1:5 yang ada di jalanan. So… sepeda motor seperti rayap yang berbaris memanjang.
Perjalanan berikutnya sudah mulai diberi pertunjukan wisata macet, daerah antara Klakah – Ranuyoso (Lumajang) jalan sedikit menanjak, truk yang mengangkut “emas hitam”-nya Lumajang, Pasir Gunung Semeru, berjalan melambat… + hanya sekitar 10 km/jam. Belum lagi macet di daerah pasar Ranuyoso, yang sepertinya tidak bisa dihilangkan, karena sudah bertahun-tahun daerah tersebut merupakan daerah macet. Kenapa tidak bisa hilang? Di Ranuyoso terdapat pasar buah (pisang, kelapa, dan buah hasil alam lainnya khas Ranuyoso), di pasar tersebut, penjual dan pembeli lebih “senang” berdagang di jalan, padahal di dalam pasar, kosong melompong. Alhasil, jalan pun macet…cet…cet…
Setelah melewati pasar Ranuyoso, kita memasuki perbatasan Kab. Probolinggo, dari perbatasan sampai dengan jorongan, jalan relatif lancar, karena banyak jalan lurus. Paling sedikit macet di daerah pabrik kertas leces sampai pasar leces. Rute berikutnya jorongan sampai daerah terminal Kota Probolinggo, kendaraan roda empat maksimal 60 km/jam memacu kendaraannya, disamping jalan berkelok, juga jalan agak sempit, ditambah lagi masih adanya kekhawatiran banjir lahar dingin sisa dari erupsi Gunung Bromo beberapa bulan ini. Yaaa….. disepanjang rute jorongan – terminal tersebut terdapat sungai yang hulu-nya ada di Gn. Bromo, bila di atas hujan, maka dipastikan air sungai akan meluber sampai di jalan. Memang pada saat kami berangkat, Probolinggo sepertinya cerah, tapi pada saat kami kembali ke Lumajang beberapa hari kemudian, kekhawatiran itu terbukti. Air sungai meluap sampai ke jalan, untungnya masih bisa dilewati.
Masih berlanjut dengan wisata macet…. (ppppfffffiiiiiuuuhhhh). Berikutnya rute Kota Probolinggo – Kota Pasuruan, merupakan rute terparah dalam perjalanan ini. Bayangkan (coba dibayangkan) sepanjang jalan tersebut, jalannya rusak parah, ada daerah banjir (kalo di Jakarta disebut genangan), plus saling serobot antar pengemudi yang tidak tertib. Titik terparah kemacetan ada di daerah Tongas, Probolinggo dan Ngopak, Pasuruan, panjang antrian di dua lokasi tersebut bisa mencapai 3 kilometer bro… dijamin kaki kram, karena sering injak pedal kopling, gas, rem, kopling, gas, rem……
Cukupkah wisata macetnya??? Woi belum lah… rute berikutnya Kota Pasuruan – Bangil, rute ini biasanya hanya ramai lancar, tidak sampai macet. Rute parah macet berikutnya ada di Gempol – Porong, apalagi dengan diperbaikinya viaduk Gempol, maka kendaraan yang mau ke Surabaya harus memutar terlebih dahulu ke Apollo melewati Japanan. Kesimpulannya…??? Yaaa… sekarang rute Lumajang (dan sekitarnya) ke Surabaya merupakan wisata macet, jarak tempuh Lumajang – Surabaya adalah 180 Km. Dulu sebelum ada masalah lumpur di Porong, Lmj-Sby bisa ditempuh dengan waktu 3 jam. Tapi sekarang? Dengan banyaknya jalan yang rusak dan masalah lumpur, sekarang harus ditempuh dengan waktu + 5 jam.
Sudah saatnya pemerintah, baik pusat maupun daerah segera bertindak mengatasi masalah-masalah transportasi tersebut, pastinya, masalah transportasi tersebut jelas berpengaruh ke ekonomi di daerah sekitar tapal kuda, termasuk harus nambah biaya bulanan pijit (karna kaki kram). Menurut kabar, jalan arteri Porong akan selesai pada bulan September 2011, mudah-mudahan bisa sedikit mengurai kemacetan yang terjadi setiap hari di Porong. Untuk rute Probolinggo – Pasuruan, memang sepertinya sudah ada tindakan perbaikan, sudah mulai ada mobilisasi kendaraan berat untuk perbaikan jalan, dipastikan sampai akhir tahun, rute Lumajang – Surabaya masih diwarnai dengan wisata macet. Mudah-mudahan masalah ini segera teratasi. Amin.
Macet,..!! ya Sabar aja boz,…
Macet,…! ya,..Sabar Aja boz,..
cuma bisa comment : he…he…he….
comment yg “ngetawain” …???
pokoknya jalan raya dari Lumajang hingga Probolinggo banyak dipenuhi truk2 pasir, apalagi bus2 menyalip dengan seenaknya jadi harap berhati-hati (saya tiap hari melewati jalan ini dengan motor)
Kereta api hrs dihidupkan lagi antara Pasirian – Lumajang – Klakah dan Jember – Lumajang , baik untuk penumpang maupun utk angkutan barang , hasil bumi , dan hasil tambang gol. C ( pasir bangunan. , yg selama ini hanya melalui jalan umum dg menggunakan kendaraan roda 10 atau lbh. Dampak dr hal tsb adalah kerusakan jalan , pemborosan bbm akibat kemacetan panjang disamping produktivitas SDM menjadi rendah. Pemda , khususnya Prop Jatim hrs berani mengundang dan duduk bersama Kemenhub , pt. KAI melakukam kajian yg mendalam , ttg hal ini. Patut di contoh , terbukanya jalur kereta api Jkt – Sukabumi. Semoga gayung bersambut dan bermanfaat utk pembangunan infra struktur ekonomi rakyat. Salam .. arek lumajang.