
Hanya Modal Semangat dan Prestasi Akademik
Diterima menjadi calon mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) merupakan kebanggaan tersendiri. Namun tidak demikian bagi Dhanar Prasetyo, 17, warga Kreongan, Kecamatan Patrang, Jember. Justru kini dia kebingungan karena harus memikirkan biaya daftar ulang.
Hari-HARI ini keluarga Hengky Hendradi tampak kurang begitu bergairah membicarakan anaknya yang baru diterima di STAN Jakarta. Pasalnya, hingga kini mereka belum mampu menyediakan sejumlah dana minimal untuk bisa daftar ulang, termasuk biaya hidup sementara di Jakarta.
Maklum, ketika anaknya, Dhanar Prasetyo, mendaftar testing di STAN, sebenarnya hanya bondo nekat. Dia hanya bermodal semangat, optimistis, dan kemampuan prestasi akademiknya. Sementara untuk bekal jika diterima, sama sekali belum terbayangkan.
Sejak awal, Dhanar memang hanya akan ikut testing di STAN, sebuah perguruan tinggi yang sangat ketat tingkat persaingannya. Sebab, hanya di sanalah dia berharap bisa kuliah, tanpa harus merogoh kocek untuk biaya hidup dan perkuliahan. “Jadi, saya sengaja tidak ikut testingPTN,” tuturnya.
Jika kuliah di perguruan tinggi umum (PTN), dia menyadari pasti sulit, lantaran tak ada biaya. Jangankan untuk biaya kuliah, untuk bertahan hidup bersama keluarganya setiap hari saja, sudah ngos-ngosan.
Maklum, kedua orang tuanya tidak memiliki penghasilan tetap. Ayahnya, Henky, bekerja serabutan, sementara ibunya, Reny Oktavia, berjualan nasi pecel sederhana. Itu pun baru dibuka dua bulan lalu, setelah ada kawannya yang meminjami tempat berjualan di Jalan Riau, Jember.
Malah ketika adiknya diterima di SMP 7 Jember Juli lalu, ibunya sempat kesulitan membeli seragam sekolah. Dia tak malu menampung seragam bekas kakak-kakak kelasnya jika masih layak pakai. “Beruntung pihak sekolah langsung membantu mengatasi,” katanya.
Meski demikian, Dhanar tak berkecil hati. Melalui persiapan yang matang, dia berusaha bisa ikut daftar testing di STAN. Padahal untuk bisa diterima di perguruan tinggi bergengsi itu, Dhanar harus bersaing dengan 110.000 ribu pendaftar. Materi testing lumayan sulit, terutama bidang matematika dan bahasa.
Dari jumlah peserta testing, yang diterima menjadi mahasiswa STAN hanya 3.000 anak. Itu sama hanya dengan seorang peserta harus mampu mengalahkan sedikitnya seribu pesaing. “Makanya kalau tidak dimasuki eman sekali,” tuturnya
Selain itu, kata dia, lulusan STAN biasanya langsung bisa bekerja di lembaga-lembaga keuangan. Dengan demikian, dia tak terlalu sulit mencari-cari pekerjaan, terutama untuk menopang adik-adiknya kelak.
Alumnus SMAN1 Jember ini mengetahui jika diterima di STAN tidak perlu biaya kuliah. Semua sudah ditanggung negara, kecuali biaya hidup dan indekost sehari-hari. Namun, justru di sinilah Dhanar lagi-lagi mengalami kesulitan.
Jangankan untuk biaya hidup, untuk daftar ulang yang hanya Rp 650.000 saja, keluarganya kesulitan. Padahal untuk biaya awal diperlukan sedikitnya Rp 2,5 juta.
Bagi putra kedua dari lima bersaudara ini, asal bisa daftar ulang, dan bertahan dua semester saja, dia optimistis bisa melanjutkan kuliahnya.
Dia menyadari sistem perkuliahan di STAN sangat ketat, karena menggunakan sistem gugur. Dari segi prestasi akademik, Dhanar yakin bisa mengejar tanpa harus drop out (DO). “Tapi bertahan selama dua semester itu tantangan. Saya siap hidup sederhana, sebab sudah menjadi kebiasaan sehari-hari,” jelasnya.
Rekam jejak pendidikan Dhanar tergolong bagus. Setamat SD Fatimah Jal an Kartini, dia melanjutkan ke SMP2, lalu diterima di SMA1 Jember. Selama menjadi siswa prestasinya cukup bagus. Malah nilai UAN (ujian akhir nasional) SMA kemarin cukup tinggi, 55,10. Itu berarti nilai rata-ratanya mencapai angka 9,1.
Kini, sembari meningkatkan ibadah puasa, Dhanar sekeluarga terus berdoa agar ada “mukjizat” menjelang daftar ulang usai Lebaran kelak.
“Satu-satunya ya memang hanya bisa berdoa. Karena kami tak punya apa-apa,” tambah Ny Reny Oktavia, ibunya, yang mendampingi Dhanar di kantor Radar Jember, kemarin.
Dia berharap, ada “berkah” Ramadan, dan “lailatulqodar” jelang pendaftaran ulang usai Lebaran kelak. Apalagi, kini banyak dermawan yang berlomba-lomba mengeluarkan zakatnya kepada para fakir miskin.
Siapa tahu di antara mereka (dermawan) mau menyisihkan sebagian zakatnya untuk dirinya, yang kebetulan sangat membutuhkan.
sumber : Radar Jember (Jawa Pos Grup)
tulung konfirmasi lagi, soalnya kalo memang tidak mampu, bisa membawa surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, dan “kalo tidak salah” digratiskan biaya daftar ulang..
sedangkan biaya mengawali hidup di jakarta memang besar…
barangkali biaya itulah yang menjadi beban saudara kita ini..
betul mas. kemaren saya udah di hubungi salah satu dosen, yang sementara bisa menampung hidup di sana. untuk biaya daftar ulang, Insya Allah sudah dapat dipenuhi, kemaren sudah ada dermawan yang dapat membantu untuk biaya daftar ulang, dan ongkos transportasi ke Jakarta.
Matur nuwun, informasi dari Bapak Sukmana.
alhamdulillah danar telah berhasil daftar ulang….. tinggal menjalani kuliah…semoga dimudahkan oleh Allah…Amin…