JOGJA – PT Kereta Api (KA) punya cara unik untuk mencegah terulangnya kecelakaan KA seperti yang terjadi di Wilangan, Madiun. Mereka memasukkan seluruh awak KA secara bertahap ke Pesantren Raudhatuh Fatehah, Plered, Bantul.
“Kami ingin meningkatkan kemampuan seluruh awak dari sisi mental. Baik masinis, kondektur, maupun awak operasional lain. Kami kira, jika secara agama dan psikis baik, keselamatan, ketepatan waktu, dan kenyamanan penumpang tercapai,” kata Vice President (VP) Pengendalian Operasi dan Evaluasi KA Ahmad Marzuki kemarin (14/7) di Kantor Daerah Operasional (Daops) VI DIJ.
Diungkapkan oleh Marzuki, menurut catatan internal PT KA, faktor human error menempati peringkat tertinggi penyebab kecelakaan. Jika dibandingkan dengan faktor lain, seperti technical error, peluang kecelakaan gara-garahuman error 90 persen. Apalagi, dua faktor itu sama-sama error, peluang kecelakaan lebih besar.
Pada pelatihan mental tersebut, PT KA berharap kerja sama dan kekompakan semua awak semakin kuat. Awak KA tidak lagi berjalan sendiri-sendiri.
Selain itu, setelah dipesantrenkan tiga hari, emosi awak KA diharapkan makin stabil. Masinis tak lagi menonjolkan ego. “Karena KA mengutamakan ketepatan waktu, kecepatan menjadi perhatian utama. Jika kapan harus cepat dan lambat tidak dikelola dengan baik, berbahaya,” tegasnya.
Pelatihan yang dimulai kemarin itu merupakan tahap pertama dengan peserta 40 orang. Nanti seluruh awak operasional KA yang berjumlah 2.000 orang mendapatkan pelatihan mental tersebut. “Kami sesuaikan dengan jadwal petugas agar pengoperasian KA tetap lancar,” ungkap dia.
Marzuki menerangkan, dengan tekanan dan risiko kerja yang besar, awak perjalanan KA sangat membutuhkanrefreshing. Untuk menyegarkan pikiran dan hati awak itu pula, PT KA memilih pondok pesantren sebagai alternatif.
Menurut Eko Budiyanto, Humas PT KA Daops VI, kemampuan masinis dan awak lain sebenarnya sangat layak. Sebab, sebelum terjun ke lapangan, mereka mendapatkan pendidikan khusus. Hanya mental mereka yang belum tersentuh dengan baik. “Jadi, kalau terjadi human error, penyebabnya cenderung emosi, bukan skill,” terangnya.
sumber : klik disini
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.